Senin, 28 Oktober 2013

Ratna Sarumpaet Kembali ke Pentas Teater

Ratna Sarumpaet Kembali ke Pentas Teater
Atiqah Hasiholan bersama ibunya Ratna Sarumpaet. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Jakarta - Artis dan aktivis perempuan Ratna Sarumpaet kembali ke panggung seni teater setelah absen selama tujuh tahun. Bersama kelompok teater Satu Merah Panggung, Ratna akan menyuguhkan cerita kompleksitas masalah bangsa Indonesia melalui naskah bertajuk Titik Terang: Sidang Rakyat Dimulai yang akan dipentaskan pada 3-6 Juli 2013 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

"Ini fokusnya tentang kemiskinan, kedaulatan rakyat, konstitusi yang diinjak-injak," katanya saat ditemui di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Rabu, 25 Juni 2013. "Ini penting dipentaskan karena rakyat harus berhenti menutup telinga."

"Karya saya memang enggak pernah enggak pakai penelitian," Dia menambahkan. "Karena seniman enggak boleh bohong. Titik terang ini penelitiannya seumur hidup, empirik dan data-data."

Seniman--yang juga menulis naskah Marsinah Menggugat ini--dalam pementasan kali ini menggandeng aktor dan aktris ulung dalam dunia seni peran. Sebut saja putri mendiang W.S. Rendra, Maryam Supraba; Atiqah Hasiholan, Teuku Rifnu Wikana, dan Rio Dewanto. Secara garis besar, naskah ini menceritakan kisah empat tokoh, yakni Arman (Rio Dewanto), Arma (Maryam Supraba), Ria (Atiqah Hasiholan), dan Edo (Teuku Rifnu Wikana).

Arman digambarkan sebagai sosok aktivis muda yang memperjuangkan demokrasi dan gelisah atas persoalan bangsa. Ia menjalin cinta dengan perempuan bernama Arma, anak seorang pejabat korup. Sementara itu, Edo adalah mantan aktivis yang menjadi pejabat istana, resah atas keadaan di sekitarnya yang kacau. Di tengah pergumulan politis itu, ada sosok Ria, pelacur cantik yang memperjuangkan nasib rekan-rekannya dari tekanan sosial.

Para pemeran masing-masing memerankan tokoh sebagai sentral cerita. Namun, diakui Ratna masih memiliki benang merah yakni menuturkan pesan tentang kemiskinan sehingga ia pun mengaku tak segan menghadirkan cerita ini sebagai kritik kepada pemegang kuasa negara.

"Ini karya saya yang sangat keras," kata aktivis gerakan reformasi 1998 itu. "Tapi saya mau mengingatkan keras ini dalam konteks apa. Kalau menurut saya, Indonesia yang punya presiden dari pertama sampai sekarang masih gini aja rakyatnya, ya perlu marah."

Naskah karya yang juga akan diproduksi dalam bentuk buku ini merupakan karya Ratna kesebelas. Karyanya Marsinah Menggugat sempat dicekal dan pementasannya dibubarkan secara paksa. Meski demikian, pementasan kali ini Ratna tak peduli akan mendapatkan reaksi negatif dari pemerintah yang ia kritik. Justru Ratna punya misi mengundang pejabat istana. "Saya mencoba melayangkan surat ke istana. Mungkin dia kangen," ujar Ratma bercanda.

NURUL MAHMUDAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar